![]() |
Sumber gambar: Okezone |
Di manakah tempat hijrah pertama kali yang dilakukan umat Islam? Jawabannya bukanlah kota Madinah, melainkan negeri Habasyah. Yaitu suatu negeri yang cukup jauh dari semenanjung Arab tempat lahirnya Islam. Habasyah terletak di benua hitam yang sekarang lebih dikenal dengan nama Ethiopia.
Pada zaman Rasulullah SAW, Habasyah dipimpin oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana bernama Raja Najasyi, sehingga rakyatnya dapat hidup aman. Inilah salah satu yang menjadi alasan mengapa Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah.
Hijrah ke Habasyah yang Pertama
Peristiwa hijrah ke Habasyah terjadi pada tahun lima kenabian. Peristiwa ini dilatarbelakangi semakin meningkatnya usaha yang dilakukan oleh kafir Qurays untuk menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah dijelaskan lalu tentang reaksi kaum kafir Qurays terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW, berbagai cara dilakukan untuk menghentikan dakwah Islam. Banyak nyawa kaum muslim yang hilang karena tidak bisa menanggung kekejaman siksaan kaum kafir Qurays.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW menyuruh sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah secara diam-diam. Ada 16 orang yang ikut hijrah ke Habasyah yang terdiri dari 12 laki-laki dan 4 perempuan. Rombongan ini dipimpin oleh Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah. Nabi Muhammad SAW sendiri tidak ikut hijrah dan memilih tetap tinggal di Makkah.
![]() |
Peta Negeri Ethiopia (Sumber gambar: Tribun Wiki) |
Masuk Islamnya Hamzah dan Umar
Selang beberapa bulan setelah hijrah ke Habasyah, terjadi peristiwa besar di Makkah, yaitu masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Mutthalib adalah paman Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, Hamzah bin Abdul Mutthalib termasuk salah satu orang Qurays yang sangat menentang dakwah keponakannya. Sedangkan Umar bin Khattab adalah salah seorang pemuka Qurays yang sangat benci terhadap Islam.
Dengan masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Umar bin Khattab, Islam menjadi semakin kuat dan kokoh. Kaum kafir Qurays tidak bisa lagi semena-mena menyiksa umat Islam. Namun, kaum kafir Qurays justru semakin membenci Islam. Maka, mereka menemukan cara baru untuk menyiksa umat Islam, yaitu dengan cara pemboikotan.
Pemboikotan Terhadap Umat Islam
Pemboikotan yang dilakukan kafir Qurays terhadap umat Islam ini memang tanpa kekerasan fisik seperti sebelumnya. Namun, pemboikotan ini terasa lebih kejam. Pasalnya, karena pemboikotan ini Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya mengalami kesulitan yang panjang.
Isi pemboikotan tersebut di antaranya:
1. Nabi Muhammad SAW dan umat Islam tidak diperkenankan menikah dengan orang-orang Qurays yang lain.
2. Kaum Qurays tidak diperkenankan melakukan jual beli apa saja dengan Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.
3. Kaum Qurays tidak diperkenankan membantu, mengasihi dan menyayangi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.
Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam saat itu, ketika mereka tidak bisa bergerak di tanah kelahiran mereka sendiri. Piagam pemboikotan tersebut kemudian digantung di dinding Ka’bah sehingga setiap orang bisa melihatnya. Pemboikotan ini berlaku selama keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib belum menyerahkan Nabi Muhammad SAW untuk dibunuh.
Di tengah-tengah pemboikotan ini, Nabi Muhammad SAW meminta sahabatnya untuk hijrah lagi ke Habasyah, demi menghindari tekanan dari kaum kafir Qurays. Boikot ini berlangsung selama tiga tahun. Pemboikotan berakhir setelah piagam yang dipajang di dinding Ka’bah hancur dimakan rayap hingga tak bersisa kecuali yang ada tulisan lafadz Allah.
Hijrah ke Habasyah yang Kedua
Hijrah ke Habasyah yang kedua ini diikuti lebih banyak orang. Nabi Muhammad SAW tetap tinggal di Makkah. Diikuti oleh 101 orang yang terdiri dari 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Kali ini rombongan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib. Kali ini pula, kaum kafir Qurays tahu dan tidak tinggal diam.
Kaum kafir Qurays mengutus Abdullah bin Rabiah dan Amr bin Ash untuk menyusul ke negeri Habasyah dan membujuk Raja Najasyi. Dengan membawa banyak hadiah, utusan dari Makkah tersebut menghadap Raja Najasyi dan meminta raja untuk memulangkan umat Islam. Namun, Raja Najasyi adalah Raja yang adil dan bijaksana, sehingga tidak begitu saja percaya dengan apa yang disampaikan utusan dari Makkah.
![]() |
Keindahan alam Ethiopia (Sumber gambar: IDN Times) |
Raja Najasyi kemudian memanggil Ja’far bin Abi Thalib. Di hadapan raja, Ja’far menjelaskan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang lari dari sanak keluarga, juga bukan budak yang lari dari tuannya, atau pembunuh yang lari dari tebusan darah. Mereka adalah orang yang lari dari Makkah demi menyelamatkan diri dari tekanan dan siksaan kaum Qurays.
Setelah mendengar dari kedua belah pihak, Raja Najasyi memutuskan bahwa umat Islam boleh tinggal di Habasyah selama yang mereka mau. Mereka akan dilindungi dan dijamin kemanannya selama di Habasyah. Sedangkan untuk utusan dari Makkah, Raja Najasyi meminta mereka untuk kembali, membawa serta hadiah-hadiah yang mereka bawa. Maka, selamatlah umat Islam dari cengkeraman kafir Qurays.
Itulah sejarah hijrah yang pertama kali dilakukan umat Islam. Habasyah atau Ethiopia menjadi tujuan pertama hijrah kala itu karena dipimpin oleh Raja yang adil dan bijaksana, walaupun Raja Najasyi beragama nasrani. Saat ini Ethiopia menjadi salah satu negeri di benua Afrika, di mana agama Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks.
0 comments: