Cari Blog Ini

Kisah Imam Syafi,i bertamu ke rumah Imam Ahmad (Gambar: BangkitMedia) Dermawan menjadi salah satu sifat terpuji yang membawa banyak kebaikan...

Imam Ahmad bin Hanbal dan Kedatangan Imam Syafi'i

Imam Syafi'i bertamu ke rumah Imam Ahmad
Kisah Imam Syafi,i bertamu ke rumah Imam Ahmad
(Gambar: BangkitMedia)

Dermawan menjadi salah satu sifat terpuji yang membawa banyak kebaikan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dermawan atau dalam bahasa jawa disebut lomo juga sangat dianjurkan dalam Islam. Banyak contoh-contoh sikap dermawan yang diperlihatkan para sahabat nabi, salah satunya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau adalah saudagar kaya yang mempunyai sifat dermawan. 


Saat Abu Bakar masuk Islam, beliau menggunakan seluruh kekayaannya demi kepentingan syiar Islam. Beliau juga menebus hamba sahaya yang mendapat perlakuan keji dari kafir Qurays lalu memerdekakannya, seperti kisah Bilal bin Rabbah dan Ammar bin Yasir. Seseorang yang dermawan bisa memberikan pengaruh kepada lingkungannya. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk berlatih menjadi dermawan semampunya supaya agama Islam menjadi lebih besar dan kuat. 


Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang keutamaan sholat berjamaah, di mana tulisan ini ditulis berdasarkan pengajian yang diikuti penulis di mushola tempatnya tinggal. Melanjutkan tulisan terdahulu, berikut adalah poin kedua dari isi ceramah yang disampaikan mubaligh.


Poin Kedua, Ketika Imam Syafi'i Bertamu ke Rumah Imam Ahmad bin Hanbal

Suatu ketika, Imam Syafi’i bertamu ke rumah Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Syafi’i adalah pendiri madzhab syafi’i yang menjadi mayoritas madzhab yang diikuti di Indonesia. Sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal adalah pendiri madzhab hanbali. Beliau adalah murid dari Imam Syafi’i. 


Ketika mendengar kabar bahwa Imam Syafi’i akan bertamu ke rumah ayahnya, putri Imam Ahmad merasa sangat senang. Putri Imam Ahmad sudah mendengar betapa masyhurnya nama Imam Syafi’i. Dia memasak banyak makanan untuk dihidangkan kepada guru sang ayah. 


Ketika Imam Syafi’i datang, selesai bertukar sapa dengan Imam Ahmad, putrinya menyuguhkan makanan tersebut. Tidak disangka-sangka, Imam Syafi’i makan dengan sangat banyak dan lahap. Semua masakan yang ada beliau coba. Putri Imam Ahmad pun heran. Bukankah Imam Syafi’i adalah ulama terkemuka? Mengapa makannya seperti itu?


Selesai makan, Imam Syafi’i undur diri ke kamar yang sudah disediakan Imam Ahmad kemudian tidur. Putrinya yang penasaran, diam-diam mengamati kamar Imam Syafi’i. Putrinya heran lagi. Mengapa Imam Syafi’i tidur dengan sangat pulas? Tidakkah beliau berpikir untuk mendirikan sholat malam? Bukanlah beliau ulama besar yang sangat disegani?


Hingga subuh tiba, putri Imam Ahmad semakin heran. Pasalnya, Imam Syafi’i langsung menuju mushola dan menjadi imam sholat subuh tanpa berwudhu. Mengapa Imam Syafi’i berbuat demikian? Pikir putri Imam Ahmad. 


Tidak mau makin penasaran, putri Imam Ahmad menyampaikan kegelisahannya atas sikap Imam Syafi’i kepada ayahnya, dan Imam Ahmad kemudian menyampaikannya kepada Imam Syafi’i. Setelah itu, Imam Syafi’i menjawab pertanyaan putri Imam Ahmad.


Jawaban Imam Syafi’i Terhadap Pertanyaan Putri Imam Ahmad

Pertama, Imam Syafi’i makan dengan sangat banyak dan lahap. Hal ini karena Imam Syafi’i  tahu bahwa Imam Ahmad adalah orang yang dermawan, sehingga makanan yang dihidangkan terjamin halal. Makanan yang diberikan oleh orang dermawan dapat menjadi obat hati. Jadi, Imam Syafi’i bukan makan banyak karena menuruti nafsunya, melainkan makanan tersebut menjadi obat bagi Imam Syafi’i.  


Kedua, Imam Syafi’i tidur tanpa melaksanakan sholat malam. Hal ini dikarenakan setelah makan hidangan tersebut, Imam Syafi’i berhasil mencari jawaban dari 72 permasalahan dalam ilmu fikih. Jadi, sebenarnya Imam Syafi’i tidak tidur sama sekali karena pikirannya penuh dengan jawaban dari permasalahan hukum Islam. 


Ketiga, Imam Syafi’i tidak berwudhu dan langsung menjadi imam sholat subuh. Hal ini dikarenakan beliau tidak tidur semalaman, dan juga tidak mempunyai hadats. Oleh karena itu, Imam Syafi’i langsung menuju mushola dan menjadi imam sholat subuh tanpa wudhu kembali.  


Kisah tersebut mengajarkan tentang pentingnya sikap dermawan. Bahwa makanan yang diberikan oleh orang dermawan bisa menjadi obat hati bagi orang lain. Jadi, menjadi muslim penting sekali untuk bersikap dermawan di samping tekun menjalankan ibadah. 


Dalam Al-Qur’an, ayat tentang perintah sholat selalu dibarengi dengan perintah untuk zakat. Hal ini juga berarti bahwa ibadah dan dermawan harus berjalan beriringan. Sebagaimana hablumminallah dan hablumminannas harus berjalan beriringan. 


0 comments: