Cari Blog Ini

Sumber gambar: Pascal EDU Ketika malam datang, dunia terlihat gelap dengan segala pesonanya. Bintang yang berkelip di langit, rembulan yang ...

Cerpen I : Apa yang Salah?

cerpen I : apa yang salah?
Sumber gambar: Pascal EDU

Ketika malam datang, dunia terlihat gelap dengan segala pesonanya. Bintang yang berkelip di langit, rembulan yang memancarkan sinarnya. Kegelapan itu berubah menjadi sesuatu yang romantis, sesuatu yang terasa magis. Malam adalah ketika insan di bumi merebahkan tubuh untuk istirahat. Malam adalah ketika sepasang kekasih saling bertemu melepas rindu. 


Ketika cinta menyapa, dunia terlihat terang dengan segala daya tariknya. Senyum selalu tersungging mengingat dia. Hati berbunga-bunga memikirkan pertemuan dengannya. Jantung tak mau berhenti berkejaran bagai anak kecil yang riang berlarian. Atau justru sebaliknya? Ketika cinta yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hati bagai tertusuk sembilu dan terasa menyakitkan. 


Nindi, gadis manis itu mematut dirinya di cermin. Membenarkan jilbab hijau motifnya yang sebenarnya baik-baik saja. Ini bukan pengalaman pertama baginya. Nindi sudah beberapa kali menghadapi situasi yang serupa. Berharap, ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Bedak tipis, dan lipstick dirty peach yang lembut melukis wajah manisnya. 


Terdengar suara notifikasi pesan Whatsapp. Nindi membacanya sekilas, dan dia semakin tegang. “Saya on the way, Dek” Begitu pesan tersebut tertulis. Nindi menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Entah mengapa, Nindi selalu gugup ketika menghadapi situasi semacam ini, walau sudah kesekian kalinya.


“Orangnya jadi ke sini?” Kakak Nindi bertanya. 

“Jadi, katanya sedang on the way. Mungkin sebentar lagi juga sampai” 


Nindi anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Nindi tinggal bersama ibu, kakak, dan kakak iparnya. Maka, kakak Nindi adalah wali yang bertanggung jawab atas dirinya. Terutama di saat seperti ini. Ketika ada seorang lelaki yang hendak bertemu dengannya. 


Laki-laki yang memanggil Nindi dengan panggilan ‘dek’ tersebut juga bukan orang jauh. Hanya tetangga desa. Cukup lima menit perjalanan jika ditempuh dengan sepeda motor. Tidak berselang lama, terdengar suara motor yang knalpotnya cukup berisik berhenti di depan rumah Nindi. 

###


Dia bukan laki-laki tampan seperti yang Nindi bayangkan. Itulah kesan pertama yang Nindi lihat. Nindi baru mengenal Doni, laki-laki yang sekarang sedang berbincang dengan kakaknya itu seminggu yang lalu. Beberapa waktu yang lalu, bibinya mengatakan pada Nindi bahwa ada anak temannya yang masih single, dan hendak dikenalkan kepada Nindi. Itupun jika Nindi membolehkan. Mengingat dirinya yang sudah dewasa, Nindi membolehkan bibinya memberikan nomornya kepada laki-laki itu.


Sebelumnya, Nindi pernah beberapa malam berkirim pesan dengan Doni. Lalu, dua malam yang lalu, Doni meneleponnya. Nindi hanya mendengar suaranya, dan dia menyukai suara itu. Terdengar lembut, pelan, santai, dan mengalir. Doni adalah laki-laki yang percaya diri dan berpengetahuan luas. Namun, Nindi menemui seseorang yang jauh dari bayangannya. 


Doni tidak tampan. Tidak tinggi, juga tidak putih. Kulitnya cenderung gelap. Untuk ukuran laki-laki, Doni terbilang pendek. Namun, kesan bahwa Doni adalah orang yang percaya diri dan punya pengetahuan luas itu benar. Buktinya, kakaknya terlibat obrolan seru dengan Doni hingga mengabaikan Nindi yang seperti obat nyamuk. 


Doni masih terus berbicara dengan kakaknya. Nindi hanya mendengarkan, atau sesekali menimpali. Sesekali Nindi melirik kembali laki-laki itu. Entahlah, apa saja yang mereka bicarakan. Nindi hanya bisa menangkap bahwa mereka berbicara tentang motor. Motor yang rusak, apa yang harus diperbaiki, bagaimana supaya motor enak dipakai, tarikannya mudah, dan sebagainya, yang tentu saja Nindi tidak paham itu semua. 


Dua jam berlalu, dan Nindi mulai bosan. Nindi meninggalkan mereka berdua, nonton TV sambil minum teh bersama ibunya. “Waw, betah sekali laki-laki itu ngomong, Bu. Sudah dua jam sejak kedatangannya, dan dia belum berhenti berbicara. Aku sampai ngantuk.” 


“Lha iya, betah sekali, apa dia tidak capek berbicara terus dari tadi” Ibunya menimpali. Nindi kesal. Sebenarnya Doni ke sini untuk bertemu siapa? Mengapa Nindi yang ada di sana tidak diajak ngobrol sama sekali, hanya basa-basi beberapa kali saja. 

###


Masyaallah, dia cerewet sekali kak. Masa dari awal datang sampai pulang, dia tidak berhenti ngomong. Terus saja cerita. Apa tidak capek? Aku saja sampai ngantuk banget lho” Doni baru saja pulang, dan Nindi langsung menumpahkan kekesalannya.


“Aku juga sampai ngantuk banget, Dek. Tapi bagaimana, dia kan tamu, masa mau disuruh segera pulang” Jawab kakaknya. 


Ibu Nindi sudah masuk kamar sejak tadi. Nindi dan kakaknya juga masuk kamar masing-masing setelahnya. Malam itu, Doni adalah orang kelima yang dikenalkan kepada Nindi. Dan Nindi sudah menyiapkan jawaban apa yang akan dia berikan esok hari. 


Wahai hati, sebenarnya siapakah yang engkau cari? Apa yang salah dengan hatimu?



0 comments: