Cari Blog Ini

Fenomena childfree Sumber gambar: Suara Cianjur Masih hangat di telinga kita tentang fenomena childfree yang sudah banyak dianut oleh kaum ...

Alasan Seseorang Memilih Childfree

alasan seseorang memilih childfree
Fenomena childfree
Sumber gambar: Suara Cianjur

Masih hangat di telinga kita tentang fenomena childfree yang sudah banyak dianut oleh kaum muda di dunia. Walau pilihan childfree ini bukan berita baru, tapi kembali menjadi topik hangat yang diperdebatkan setelah influenzer dan youtuber asal Indonesia mengatakan bahwa dia dan suaminya memutuskan untuk childfree


Childfree dapat diartikan sebagai keputusan seseorang atau pasangan yang sudah menikah untuk tidak memiliki keturunan. Di dunia barat, fenomena childfree sebenarnya sudah lama ada. Berbagai penelitian pun dilakukan, dan penganut childfree ini semakin lama semakin meningkat jumlahnya. 


Berbeda dengan childless, di mana seseorang ingin memiliki keturunan tetapi tidak bisa karena alasan kesehatan atau yang lainnya. Childfree adalah mereka yang sebenarnya tidak ada masalah kesehatan untuk memiliki keturunan, tetapi memang sengaja untuk tidak memiliki keturunan. 


Nah, apa sih yang membuat mereka memutuskan untuk childfree? Berikut adalah beberapa alasan yang penulis rangkum dari berbagai sumber. 


1. Trauma Masa Lalu

Victoria Marsiana Tunggono atau yang biasa dipanggil Tori sudah memutuskan untuk tidak mempunyai anak atau childfree sejak usia 14 tahun. Bukan tanpa alasan, wanita yang berprofesi sebagai novelis dan penulis buku ini ternyata awal mula memilih childfree karena trauma di masa lalu. Ada suatu kejadian yang sangat membekas dalam benaknya, hingga dia pernah mengatakan pada ibunya, bahwa dia tidak minta untuk dilahirkan. 


Buku yang membahas childfree
Buku karya Tori
Sumber gambar: Buku Mojok

Dari kejadian tersebut, Tori khawatir tidak akan bisa membuat anaknya bahagia, walau sebenarnya maksud orang tua adalah baik. Sejak saat itu, Tori sudah mantap untuk childfree. Hingga kini berusia 38 tahun, Tori masih hidup sendiri dan keputusannya belum berubah. Tori mengabadikan kisahnya dalam sebuah buku berjudul Childfree and Happy. 


2. Ingin Menghabiskan Waktu Dengan Pasangan

Berbeda dengan Tori, Gita Savitri dan Paul memilih childfree karena ingin memiliki waktu luang yang banyak dengan pasangan, tanpa diganggu oleh keberadaan anak. Bagi pasangan muda yang tinggal di Eropa ini, hidup berdua dengan pasangan, menghabiskan waktu berdua, dan melakukan banyak hal berdua sudah membuat mereka bahagia. Memiliki anak bukanlah tolak ukur kebahagian. Tanpa anak pun mereka sudah merasa bahagia. 


Hal ini bisa dimengerti jika mengingat mereka sudah tinggal di Eropa sejak usia 18 tahun. Mereka sudah menyerap banyak budaya dan pemikiran orang-orang di sekitarnya. Mereka pun tidak mempunyai banyak tekanan karena tinggal di Eropa, melainkan dari keluarga saja. Sedangkan bagi penganut childfree yang tinggal di Indonesia tentu mempunyai tekanan yang lebih besar. Mengingat bahwa kehidupan sosial di barat cenderung individual sedangkan kehidupan sosial di Indonesia lebih kolektif. 


3. Alasan Finansial

Alasan lain seseorang memilih childfree adalah karena faktor keuangan. Sebagaimana diketahui bahwa memiliki anak membutuhkan biaya yang besar. Orang barat atau negara maju lainnya berpikir secara realistis. Mereka yang keuangannya pas-pasan memilih untuk childfree karena biaya hidup yang tinggi. Di Korea Selatan, bahkan sudah biasa wanita yang memilih membekukan sel telurnya agar tidak memiliki keturunan. 


4. Lebih Mementingkan Karir

Selain masalah finansial, karir juga menjadi alasan seseorang memilih childfree. Memiliki anak dinilai dapat menghambat karir yang sudah susah payah dibangun. Sehingga mereka lebih memilih membangun karir setinggi mungkin dari pada harus mengurus anak. 


5. Tidak Ada Keinginan Mempunyai Anak

Apa yang dapat membuatmu bahagia? Banyak perempuan atau pasangan yang mengasumsikan bahwa mereka bahagia jika mempunyai anak. Mereka dapat menjadi perempuan yang sempurna jika mempunyai anak. Setidaknya, itulah nilai yang dipegang oleh masyarakat kita. Namun, penganut childfree tidak berpikir demikian. 


pasangan muda yang memilih childfree
Gita Savitri dan Paul, pasangan muda yang memilih childfree
Sumber gambar: Viva

Bagi mereka, kebahagiaan tidak ditentukan oleh adanya anak atau tidak. Mereka memilih untuk childfree karena memang mereka tidak ingin mempunyai anak saja. Sesederhana itu, dan kita tidak perlu menilai keputusan tersebut benar atau salah. Childfree bukan masalah benar atau salah, karena ini adalah area pribadi masing-masing individu yang tidak bisa sembarangan dimasuki lalu dihakimi. Lalu, apakah mereka tidak akan kesepian di masa tuanya jika tidak memiliki anak? 


Analisa Widyaningrum, seorang psikolog klinis mengatakan bahwa berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, tidak ada korelasi antara kesepian dan mempunyai anak. Begitu juga tidak ada korelasi antara kebahagiaan dengan mempunyai anak. Mereka yang mempunyai anak pun belum tentu bahagia, belum tentu tidak akan merasa kesepian. Begitu pula sebaliknya. 


Jadi, itulah beberapa alasan seseorang atau pasangan memilih untuk childfree. Sekali lagi, childfree adalah keputusan yang sangat pribadi. Kita tidak bisa menghakimi seseorang karena memilih childfree. Walau dalam norma di masyarakat kita atau pun agama, childfree masih dipandang tabu, tapi hendaklah kita bisa menghormati dan menghargai keputusan orang lain. 


0 comments: