Cari Blog Ini

  Gambar: Cover buku by Indscrip Creative Aku berdiri di pinggir jalan. Memandangi jalanan berdebu penuh asap knalpot. Tak kuhir...

Bekas Darah Kawanku

 

Gambar: Cover buku by Indscrip Creative

Aku berdiri di pinggir jalan. Memandangi jalanan berdebu penuh asap knalpot. Tak kuhiraukan udara panas yang menyengat. Noda merah itu masih membekas jelas. Aku terpaku mengingat kejadian kemarin malam.


Panggil saja aku Hasan. Saat itu, aku sedang mengendarai motor dibonceng oleh kawanku. Udara malam yang dingin, tak kuasa menembus tubuhku yang baru saja menenggak minuman keras. Aku dan beberapa temanku baru saja kembali dari warung tengah malam untuk berpesta. Jauh dari istri dan anak membuatku kesepian. Aku butuh hiburan, dan minuman keras adalah solusinya.


Aku dan kawanku hendak kembali ke kontrakan. Akibat pengaruh miras, membuat kawanku yang membonceng tidak sabar untuk menunggu macet. Jalanan ini memang sering macet, karena banyaknya industri di sepanjang jalan. Kawanku mencoba untuk menyalip sebuah truk tronton bermuatan kayu glondongan. Di tengah kesadaranku yang menipis, aku mulai ketakutan. Nahas, kawanku tidak sadar ada lubang di hadapannya.


Motor kami terguling.


Aku terpental sejauh lima meter, sedangkan kawanku berakhir di bawah roda truk tronton. Isi kepalanya tercerai, dan ia meninggal seketika. Aku yang masih sadar, melihat banyak kendaraan berhenti dan orang-orang mulai berkerumun. Sedangkan aku hanya bisa berdiri kaku menyaksikan kawanku menemui ajalnya.


Kejadian itu membuatku syok. Bagaimana jika aku berakhir seperti kawanku? Mati setelah menenggak minuman haram tanpa ingat Allah? Bagaimana nasibku di akhirat? Alangkah meruginya aku. Aku teringat ibu yang sudah sepuh. Ibu memberiku nama Hasan bukan untuk menjadi orang yang rusak.


Maka, di sinilah aku sekarang. Tersungkur di masjid menyesali perbuatanku yang lalu. Minuman keras, berjudi, dan mencuri adalah hal yang biasa aku lakukan. Aku ingin berubah.


Beberapa bulan setelah kejadian itu, aku menjadi pengurus masjid di komplek kontrakanku. Aku bertemu teman-teman baik yang selalu mengingatkan kebaikan. Aku tidak malu untuk menceritakan kisahku pada mereka, agar menjadi pelajaran.


Kawan, memang benar, hanya Allah yang bisa memberi hidayah kepada hamba-Nya lewat jalan yang tidak pernah kita sangka.


Notes:

Ini adalah kisah nyata dari seorang kawanku yang aku tulis bersama teman-teman beasiswa penulis pilihan dari Indscrip Creative

Buku dapat dipesan di Tokopedia


#beasiswapenulispilihan

#IndscriptCreative


0 comments: