Cari Blog Ini

Sumber gambar: Travel Kompas Perayaan tahun baru China atau yang disebut dengan Imlek merupakan salah satu perayaan yang sangat dinanti-nant...

Legenda Tradisi Perayaan Imlek

legenda tradisi perayaan imlek
Sumber gambar: Travel Kompas

Perayaan tahun baru China atau yang disebut dengan Imlek merupakan salah satu perayaan yang sangat dinanti-nantikan, terutama bagi warga Tionghoa. Perayaan yang selalu identik dengan warna merah dan membagikan angpau ini juga perayaan menyambut datangnya musim semi. Biasanya, perayaan Imlek dilaksanakan antara tanggal 21 Januari sampai 19 Februari setiap tahunnya. Sedangkan tahun 2023 ini perayaan Imlek jatuh pada tanggal 22 Januari. 


Imlek berasal dari dialek Hokkian. Terdiri dari kata Im yang artinya bulan, dan Lek yang artinya penanggalan. Jadi, Imlek berarti penanggalan/kalender bulan. Imlek juga dikenal dengan istilah Chunjie yang artinya festival musim semi. 


Penyebaran warga Tionghoa maupun keturunan Tionghoa di berbagai belahan bumi menyebabkan perayaan Imlek ini sangat terkenal. Namun, tahukan kamu asal-usul tradisi perayaan Imlek? Mengapa perayaan Imlek selalu identik dengan warna merah dan angpau? Yuk, simak ulasannya berikut. 


Legenda Pertama, Asal-Usul Tradisi Menyulut Petasan

Ternyata, asal-usul perayaan Imlek ini tidak lepas dari mitologi China zaman dahulu. Setidaknya, ada tiga legenda berbeda yang dikaitkan dengan perayaan Imlek. Legenda pertama adalah tentang monster Nian. 


tradisi menyalakan petasan pada perayaan imlek
Sumber gambar: Detik Travel

Dahulu kala, ada monster jahat bertubuh besar dan bertanduk tajam yang mendiami laut dalam. Monster ini bernama Nian. Uniknya, monster Nian hanya muncul pada malam tahun baru dan memangsa orang-orang yang ditemui di desa sekitar. Maka, setiap malam tahun baru, penduduk sekitar pun berlarian menyelamatkan diri. Begitu saja setiap tahun. 


Hingga pada suatu saat di malam tahun baru, kejadian serupa terulang kembali. Kemudian, muncul seorang pria berambut putih dengan kulit kemerahan yang melakukan hal berbeda. Orang tersebut tidak melarikan diri. Dia mengenakan pakaian warna merah, menempel kertas merah di dinding, menyalakan lilin, dan membakar bambu agar menimbulkan bunyi yang keras.


Ternyata, usaha orang tersebut berhasil mengusir monster Nian. Setelah itu, monster Nian tidak pernah menampakkan diri lagi. Masyarakat pun akhirnya melakukan apa yang dilakukan orang tersebut. Membuat lampion, menyalakan petasan, memakai pakaian warna merah. Inilah asal-usul penggunaan petasan pada perayaan Imlek, dan warna merah dianggap sebagai warna keberuntungan. 


Legenda Kedua, Asal-Usul Tradisi Memberi Angpau

Perayaan Imlek selalu identik dengan angpau atau amplop merah. Ternyata, tradisi ini juga mempunyai legenda tersendiri. Zaman dahulu, selain monster Nian, ada pula hantu Sui yang juga hanya muncul pada malam tahun baru. Hantu Sui ini menakut-nakuti anak-anak ketika mereka tidur. Anak-anak yang tersentuh hantu Sui akan mengalami demam tinggi. 


tradisi memberi angpau saat perayaan imlek
Sumber gambar: Detik News

Kemudian, ada seseorang yang memberikan 8 keping uang logam pada anaknya sebagai hadiah pada malam tahun baru. Anak tersebut kemudian membungkus koin tersebut dengan amplop warna merah lalu mengeluarkannya dan membungkusnya kembali agar tidak tertidur. Setelah lelah bermain dan tertidur, orang tuanya menaruh amplop merah tersebut di bawah bantal anaknya. 


Tidak diduga, saat anak-anak tertidur, hantu Sui datang, dan uang logam dalam amplop tersebut mengeluarkan cahaya. Cahaya itu berhasil mengusir hantu Sui. Setelah itu, hantu sui tidak pernah muncul lagi. Maka, jadilah tradisi turun temurun saat perayaan Imlek orang yang lebih tua akan memberikan amplop merah atau angpau kepada yang lebih muda. 


Legenda Ketiga, Tradisi Menempelkan Kertas Merah Berisi Sajak Musim Semi 

Ketika perayaan Imlek tiba, orang Tionghoa akan menghias rumah mereka dengan berbagai ornamen berwarna merah. Salah satunya menempelkan kertas merah berisi bait sajak musim semi atau puisi keberuntungan di dinding. Tradisi ini juga mempunyai legenda sendiri.


sajak musim semi saat perayaan imlek
Sumber gambar: Tionghoa.Info

Dahulu kala, orang Tionghoa membuat jimat yang dipasang di pintu rumah. Jimat tersebut terbuat dari kayu persik yang dipahat dengan gambar atau nama dua pengawal yang dipercaya dapat mengusir hantu. Setelah berganti dinasti, orang-orang mengganti jimat tersebut dengan menuliskan bait sajak musim semi pada kayu persik. Seiring berjalannya waktu, kayu persik tersebut diganti dengan kertas merah yang ditulis dengan bait sajak musim semi yang melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan. 


Mengapa harus bait sajak musim semi? Karena di negara asalnya, China, perayaan Imlek merupakan festival menyambut musim semi. Setelah musim dingin berlalu, dan tiba musim semi, itu berarti saatnya penduduk mulai bercocok tanam. Untuk menyambut inilah maka ditulis dua sajak musim semi atau puisi keberuntungan di dinding.  


Itulah tiga legenda berbeda yang berkaitan erat dengan perayaan Imlek. Di Indonesia sendiri, Imlek merupakan hari libur nasional. Sedangkan di China, Imlek merupakan hari libur panjang. Mereka yang tinggal di perantauan akan pulang untuk berkumpul bersama keluarga. Mirip-mirip mudik lebaran di Indonesia. 


Tentu saja, kisah tersebut adalah legenda. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, patutlah kita menghargai kebudayaan dan tradisi bangsa maupun agama lain. Sepertinya, perayaan Imlek tahun ini akan lebih semarak, setelah beberapa tahun lalu diterpa pandemi. Jadi, ada event Imlek apa di tempatmu?


0 comments: