Gambar : Gramedia Digital
Oleh : Imla Qolbi
Pernahkah kalian
dengar tentang istilah nikah tahlil?
Nikah tahlil
adalah nikah yang dilakukan antara lelaki dan perempuan, di mana perempuan
sebelumnya telah ditalak tiga oleh suami pertama. Nikah ini bertujuan agar si perempuan dapat kembali kepada suami
pertamanya. Ini merupakan salah satu bentuk pernikahan yang dilarang dalam Islam.
Novel ini berhubungan dengan nikah tahlil tersebut.
Sekar adalah seorang
perempuan tangguh dan dingin. Sekar tak pernah terpesona oleh ketampanan dan kharisma
bosnya yang dijuluki bos sadis, karena sering membuat Sekar melakukan berbagai
pekerjaan yang tidak masuk akal. Adalah Lukman Al Hakim, bos sadis yang
dimaksud. Seorang konglomerat yang ternyata adalah putra dari Romo Kyai
Abdurrahman, pemilik salah satu pondok pesantren di Jogjakarta.
Masa lalu yang
kelam membuat Sekar membentengi dirinya untuk tidak pernah jatuh dalam pelukan
lelaki manapun. Cukup sekali Sekar mengalami penderitaan hingga kehilangan
segalanya karena seorang lelaki. Namun, suatu hari Sekar bertemu dengan mantan
suaminya secara tidak sengaja. Mantan suami yang masih sangat dicintainya,
sekaligus yang menorehkan luka begitu dalam baginya, Gus Hamzah.
Gus Hamzah
meminta Sekar kembali padanya. Namun, itu tidak mudah untuk dilakukan, mengingat
Gus Hamzah telah menjatuhkan talak tiga pada Sekar. Kemudian kejadian yang tak
terduga terjadi, dan mengharuskan Sekar untuk menikah dengan bos sadisnya, Lukman
Al Hakim. Awalnya, Sekar berniat menjadikan Lukman Al Hakim sebagai muhallil
agar bisa kembali pada Gus Hamzah. Akankah Sekar
kembali pada Gus Hamzah, mantan suami yang masih dicintainya? Ataukah justru Lukman
Al Hakim dapat merubah haluan cinta Sekar?
Novel karya Puspa
P. Markhip ini menyajikan sebuah cerita khas dunia pesantren yang dipadukan
dengan kehidupan modern ibu kota. Dengan penyajian cerita yang mudah dipahami,
pembaca akan diajak untuk menyelami perasaan tokoh utamanya. Walau penggambaran
tokoh utamanya terkesan mainstream, yaitu seorang lelaki mapan yang
tampan dan berwibawa dengan perempuan biasa yang tangguh tetapi rapuh di dalamnya.
Namun pesan yang disampaikan dalam novel ini amat terasa.
Digambarkan dalam
kisah ini, Gus Hamzah adalah seseorang yang paham betul dengan agama. Namun, rasa
cinta yang teramat dalam hingga cemburu buta membuat Gus Hamzah sangat marah
pada fitnah yang menimpa istrinya, hingga Gus Hamzah langsung melayangkan talak
tiga. Padahal belum genap dua puluh empat jam Gus Hamzah menikahinya, bahkan
istrinya itu baru saja dicampurinya. Rasa penyesalanlah yang didapat Gus Hamzah
ketika mengetahui bahwa semua itu adalah fitnah.
Jadi, jelaslah
bahwa pesan dalam kisah ini adalah jangan sekali-kali
seorang suami mengambil keputusan dalam keadaan marah. Terlebih lagi, penulis novel ini mengatakan bahwa tokoh Gus Hamzah
diambil dari kisah yang nyata adanya, dan beliau kini telah berpulang ke rahmatullah
dengan membawa rasa cinta beserta penyesalannya.
Wallahu a'lam.


0 comments: